Bayi tercinta jerawatan memang membuat kasihan, sehingga atasi
jerawat bayi perlu diketahui bersama. Bayi jerawan, itulah
kenyataan terjadi pada beberapa bayi yaitu jerawat pada bayi. Memang bukan seperti jerawat pada
orang dewasa.
Jerawat pada bayi mengalami bintik-bintik merah seperti jerawat
atau lazim juga disebut ruam di bagian pipi, tangan, dan kaki. Bila ini
juga terjadi pada bayi Anda, jangan cemas. Ada solusi atau cara yang
jitu untuk menanganinya.
Dr Ari Muhandari Adhie SpKK menyatakan bahwa gangguan kulit pada
umumnya tidak membahayakan jiwa. Meskipun begitu, untuk bayi tetap harus
diwaspadai karena bisa menyebabkan ketidaknyamanan. Akibatnya, bayi
menjadi rewel, menggaruk-garuk kulit, mengganggu kualitas tidur yang
bisa berpenga ruh pada tumbuh kembang bayi. Gang guan kulit ini
merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi pada bayi,
karena kondisi kulitnya masih rentan.
Pada bulan-bulan pertama kehidupannya, sekitar 80 persen bayi pernah
mengalami gangguan kulit. Gangguan kulit yang paling banyak, yaitu
dermatitis/ eksem, yaitu proses peradangan pada lapisan kulit bagian
atas. Kasus dermatitis atopik yang sering disebut eksem susu. Dermatitis
kontak dalam bentuk ruam popok lebih sering terjadi dibandingkan
karena infeksi.
“ASI adalah makanan yang paling baik bagi bayi. Tapi, jangan kena ke
kulit/pipi bayi, karena bayi yang alergi bisa menimbulkan eksem susu.
Kulitnya menjadi ruam-ruam,” papar Ari. Menurut dia, penanganan eksem
susu sudah berubah. Dahulu, ASI yang mengenai pipi bayi harus diratakan.
Kini, para dokter menyarankan yang terpenting hindarkan ASI mengenai
kulit bayi.
Melacak ada-tidaknya potensi alergi pada bayi, menurut dokter spesialis
kulit dan kelamin di RS Anak dan Bunda Harapan Kita ini, bukan hal
yang sulit. Caranya dengan mengecek riwayat kesehatan keluarga.
Perhatikan, tanda utamanya apakah di keluarga ada yang terkena asma,
bersin-bersin (pilek) setiap pagi, eksem (cirinya digigit nyamuk
menimbulkan bekas yang lama), biduran, dan gatal-gatal. Tanda minor, di
antaranya alis tipis padahal tidak dicabut.
“Jadi, alergi itu karena keturunan dan bisa berlangsung seumur hidup.
Sekitar 90 persen alergi akan menghilang bersama bertambahnya usia,
tetapi yang 10 persen melekat seumur hidup,” tegasnya.
Bila riwayat alergi ditemukan dalam keluarga, Ari menyarankan ayah
bunda agar bersikap lebih baik waspada. Caranya dengan mencegah hal-hal
yang potensi menimbulkan alergi.
Bila bayi yang masih minum ASI eksklusif, Ari mengingatkan, si ibu
harus menjaga makanan pemicu alergi, seperti telur dan seafood. Dengan
menjaga makanan yang disantapnya, ASI yang dihasilkan pun akan aman bagi
si bayi.
Ia juga mengingatkan orang tua untuk memerhatikan rumah. Hewan di dalam
rumah harus jadi perhatian. Bila ingin memelihara hewan di rumah,
saran Ari, pilihlah binatang air, hindari memelihara hewan yang berbulu.
“Perlu juga diwaspadai tuma dan kecoa, liurnya itu yang bahaya
menyebabkan alergi,” katanya.
Ari yang juga kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian, di Klinik RS
Anak & Bunda (RSAB) Harapan Kita mengingatkan para ibu untuk
memerhatikan kulit sekitar popok. Kulit di kawasan ini, pada bayi,
sering bermasalah. Ketika terjadi ruam popok perlu diteliti apakah
alergi atau infeksi. Sering kali ibu menyalahkan popok kertasnya,
padahal belum tentu popok yang jadi penyebab. ''Diapers itu teknologi
yang bagus, memiliki daya serap urine luar biasa. Namun, jangan sampai
kapasitas urine terlampaui, itu yang menyebabkan iritasi,” paparnya.
Kalau ruam kulit itu, karena popok kertas sekali pakai dengan mengganti
merek lain kulit bayi akan mulus kembali. Tetapi, jika sudah mengganti
dua atau tiga kali popok, masih terjadi ruam popok berarti kulit bayi
memang alergi.
Sumber : AZberita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar