Kisah Jokowi . Minggu (18/11/2012), genap 32 hari setelah pelantikan Joko Widodo
sebagai sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ia dilantik pada Senin
(15/10/2012), dan sehari setelahnya langsung tancap gas ke tiga perkampungan kumuh, antara lain Pademangan, Tanah Tinggi, dan Bukit Duri.
Kegiatan
Jokowi dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak
pernah lepas dari awak media yang ingin mengawal pemerintahan
Jokowi-Basuki, terutama terhadap realisasi dari janji-janji program
kerjanya.
Selama sebulan ini, Jokowi pun telah membagi tugas
dengan Basuki. Jokowi bertugas melakukan pendekatan kepada rakyat dan
melihat kondisi di lapangan.
Sasaran tinjauan Jokowi pun tak lain
dan tak bukan adalah tempat-tempat bermasalah, yakni kampung kumuh,
selokan, bantaran Kali Ciliwung, kawasan rawan banjir, pasar-pasar
tradisional, dan sebagainya.
Jokowi juga pernah melakukan inspeksi
mendadak ke Kelurahan Senen, Kelurahan Cempaka Putih Timur, dan
Kecamatan Cempaka Putih, pagi-pagi, tanpa banyak media yang tahu.
Kami para wartawan harus beradaptasi lagi dari awal, apalagi Jokowi memang dikenal gemar ke kampung tanpa memberitahukan agenda kegiatan yang pasti kepada wartawan.
Cukup
sulit menebak akan ke mana Jokowi setiap harinya, bahkan perwakilan
Humas Pemprov DKI Jakarta pun sering kali tidak mengetahui jadwal
beliau. Para awak media pun memiliki kesan tersendiri selama mereka
mengikuti Jokowi selama lebih kurang 30 hari ini.
Banyak dari mereka yang memiliki pengalaman unik selama blusukan bersama Jokowi. Salah satu contohnya dialami oleh Dwifantya Aquina, wartawan Vivanews.
Menurutnya, blusukan bersama Jokowi merupakan suatu hal yang seru, tetapi juga menegangkan layaknya berada di dalam sebuah film action.
"Hari pertama saya mengikuti Jokowi blusukan menggunakan
sepeda motor ke tiga wilayah Jakarta Utara, Pusat, dan Selatan. Saya
kira kegiatan seperti itu hanya pada pekan awal kepemimpinan Jokowi;
tapi ternyata sampai satu bulan ini, dan kejutannya setiap hari semakin
menjadi," kata Dwifantya di Jakarta, Minggu.
Wanita yang akrab
disapa Tya itu juga pernah mengalami kejutan saat ia sedang meliput
kegiatan Basuki, yang tengah inspeksi mendadak (sidak) ke 18 lantai
gedung kompleks Balaikota DKI Jakarta, kemudian terdengar kabar bahwa
Jokowi juga mendadak sidak ke Terminal Kampung Melayu.
Tya bersama
teman-teman wartawan lainnya kemudian langsung lari turun dari lantai
18 menuju mobil Humas Pemprov DKI Jakarta. "Kalau naik motor, Pak Jokowi
masuk jalan tol, tentu kami kehilangan jejak, lalu kami akan kehabisan
waktu karena sibuk mencari informasi ke mana beliau pergi. Sering kali
kami wartawan media cetak dan online menumpang mobil wartawan televisi. Di dalam mobil situasinya semua tegang, seperti dalam film action, karena posisi mobil harus berdekatan dengan mobil Jokowi, atau kita kehilangan jejaknya," ujarnya.
Selama Tya mengikuti kegiatan Jokowi, ia selalu memerhatikan sikap Jokowi yang memang blend sekali dengan rakyat. Oleh karena itu, ia juga memiliki secercah harapan sama dengan harapan masyarakat Jakarta kepada Jokowi.
"Beliau
memang sosok pemimpin yang dirindukan masyarakat saat ini. Semoga
aksi-aksi kejutan Jokowi bukan hanya untuk mengejar program 100 hari,
melainkan juga tentu untuk lima tahun ke depan," katanya.
Ia pun
mengatakan bahwa Jokowi juga harus bisa membuktikan tudingan-tudingan
miring, yang selama ini juga hinggap kepadanya, terkait realisasi kerja
dan aksi turun ke lapangan selama ini.
"Agar tudingan-tudingan
pencitraan tak lagi menempel padanya. Terakhir, semoga APBD DKI di
tangan Jokowi-Basuki dapat berbuah manis untuk warga Jakarta dan
daerah-daerah pendukungnya," kata Tya.
Selain Tya, wartawan lainnya yang juga setia "menempel" Jokowi adalah Ray Jordan dari Detikcom.
Ia dengan setia mengikuti kegiatan Jokowi, bahkan hingga Jokowi
mengadakan pertemuan dengan Gubernur Banten Atut Choisiyah. Saat itu, ia
rela menumpang mobil Dishub demi meliput Jokowi.
"Pokoknya Pak
Jokowi itu mengajarkan saya buat bangun pagi. Mau masuk atau pas libur,
saya jadi bangun pukul 05.00 terus. Pas bangun tidur, nama pertama yang
muncul di kepala saya adalah Jokowi," kata Jordan.
Agenda yang
masih sering tidak ada kejelasan juga membuat Jordan selalu merasa
khawatir kalau ia tidak mendapat berita tentang Jokowi. "Buat Pak
Jokowi, semoga terus memberikan kejelasan agenda-agendanya kepada
Pemprov DKI Jakarta agar kitanya juga enggak pusing kalau
ditanya-tanya," ujarnya.
Sama halnya dengan Jordan, Rany seorang wartawan Antara mengungkapkan kalau kegiatan Jokowi selama sebulan ini membuatnya terbiasa bangun pagi.
Menurut
Rany juga, kegiatan Jokowi selama sebulan itu hanyalah tur kampung.
Namun, tur itu menambah pengetahuannya mengenai Jakarta.
"Soalnya sampai yang pedalaman gitu, saya belum pernah. Saya sih senang diajak keliling kampung," kata Rany.
Ia mengapresiasi kegiatan blusukan Jokowi terhadap masyarakat kecil. Namun, Rany pun mengimbau agar Jokowi tidak terlalu sering blusukan. Jokowi, dikatakannya, juga harus kenal dan dekat dengan orang-orang di dalam kantornya, di Balaikota DKI Jakarta.
"Harus dekat sama semuanyalah. Enggak cuma dengan DPRD, tapi juga mulai dari cleaning service sampai staf-stafnya," kata Rany.
Sementara itu, pengalaman nyaris kecopetan saat meliput kegiatan Jokowi pernah dirasakan oleh Deti Mega, wartawan Suara Pembaruan. Saat itu, ia meliput kegiatan di Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Namun, untung baginya, ia siap siaga sebelum copet berhasil mengambil ponselnya. "Pas blusukan pernah
sempat kena percobaan pencopetan," kata Deti. Namun, sejauh ini,
dikatakan oleh Jokowi, ia masih menepati janjinya untuk bertemu
masyarakat.
"Tapi saking terbukanya, setiap hari warga berdatangan
ke Balkot (Balaikota) mengharap belas kasihan dia. Padahal, itu yang
bikin dia ribet sendiri. He-he, kasihan Pak Jokowi," ujarnya.
Lain halnya dengan Sutji D, wartawan Tempo. Ia lebih memerhatikan penampilan Jokowi dalam sebulan ini.
"Kesannya
selama sebulan meliput Jokowi dan Ahok ya capek. Tapi lebih terkesan
lagi sama penampilan Jokowi. Sudah sebulan ini, dia baru dua kali pakai
baju dinas. Pakai baju dinasnya dong, Pak," kata Sutji.
Sutji,
yang juga sudah lama menjadi wartawan peliput Balaikota DKI Jakarta,
mengatakan perbedaan kuantitas berita yang ia dapatkan saat pemerintahan
Jokowi dibanding pemerintahan sebelumnya.
"Ya pas Jokowi ini
beritanya banyak. Baru pagi saja sudah banyak berita. Kalau dulu landai,
mungkin karena masih euforia he-he," ujarnya.
Wartawan Balaikota
DKI pun saat ini kerap menggunakan kata "Mengejar Jokowi" karena memang
setiap hari para wartawan harus mengejar beliau tanpa tahu ke mana
beliau akan berkegiatan.
Tentunya banyak kisah sukanya dan juga
kisah duka selama sebulan ini. Tidak sedikit pula dari mereka yang
berjatuhan sakit karena harus menunggu dari pagi hingga malam.
Namun,
melihat semangat para pembaca yang selalu menikmati tulisan kami, hal
itulah yang menjadi pemicu semangat untuk terus bekerja memberikan yang
terbaik.
Sumber : Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar